Inovasi dalam restorasi wilayah pesisir terutama terumbu karang, telah dilakukan oleh dosen Departemen Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, melalui program Kedaireka Matching Fund 2022. Dalam pelaksanaan tahap awal program Kedaireka Matching fund 2022, Dr. Munasik bersama tim, melakukan sosialisasi untuk pengembangan Blue Economy di Kabupaten Batang, dengan memanfaatkan limbah batu bara. Kegiatan ini dilaksanakan dengan kemitraan bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dan PT Bhimasena Power Indonesia (BPI). Program Kedaireka Matching Fund 2022 ini akan menitikberatkan pada pemanfaatan limbah batubara PLTU Batang 2 x 1.000 MW, melalui pembuatan substrat terumbu karang buatan atau APR (Artificial Patch Reef) dan rumah ikan buatan atau AFA (Artificial Fish Apartment). Limbah yang dimanfaatkan untuk APR dan AFA dalam kegiatn kegiatan ini adalah Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) yang menurut Kepala Bidang Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, Ir. Lilik Harnadi, M.Si., M.Sc., kini sudah tidak lagi menjadi limbah B3.
Sosialisasi Program Kedaireka Matching Fund 2022 di tingkat Kabupaten oleh Dr. Munasik.
“Pemanfaatan limbah FABA ini, tidak hanya untuk pembuatan rumah ikan atau terumbu karang buatan saja, tapi bisa juga untuk penanggulangan abrasi, paving block, batako, jalan cor, dan lainnya. Namun, Program Matching Fund 2022 ini akan memfokuskan pada pemanfaatan limbah FABA untuk rumah ikan dan terumbu karang buatan, dengan melibatkan pemerintah, akademisi, BPI, dan nelayan,” tutur Lilik Harnadi, dalam acara sosialisasi program Matching Fund 2022, Implementasi Aplikasi Teknologi Restorasi Ekosistem Pesisir Berbahan Beton dari Limbah Batubara untuk Pengembangan Blue Economy di Kabupaten Batang, yang berlangsung di Aula Kantor DPM PTSP Kabupaten Batang.
Pada kegiatan sosialisasi program Kadaireka Matching Fund 2022 di tingkat Kabupaten, turut hadir Kepala DLH Kabupaten Batang, Kepala Dislutkanak Kabupaten Batang, Dislutkan Provinsi Jawa Tengah, Camat, UNDIP, BPI, Kelompok Nelayan, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia – Batang (HNSI), Kepala Desa, tokoh nelayan dan para stakeholder terkait lainnya.
Sementara itu, Ketua Program Matching Fund 2022, Dr. Munasik, menjelaskan bahwa program ini melibatkan 75 mahasiswa magang dan KKN dari UNDIP yang akan disebar di empat desa, yakni Desa Klidang Lor, Desa Depok, Desa Ujungnegoro dan Desa Kedungsegog selama 45 hari. Mereka akan melakukan diskusi dan menerima masukan dari para nelayan terkait program ini, termasuk penempatan rumah ikan yang terbuat dari limbah FABA PLTU Batang. Dr. Munasik juga berterima kasih kepada BPI yang sudah mendukung program Matching Fund 2022 ini, sehingga bisa diimplementasikan teknologi restorasi ekosistem pesisir berbahan beton dengan memanfaatkan limbah batubara untuk pengembangan blue economy di Kabupaten Batang.
“Kami melibatkan mahasiswa magang UNDIP melalui pembuatan Artificial Patch Reef (APR) dan Artificial Fish Apartement (AFA) oleh 25 mahasiswa magang. Kemudian melibatkan 50 mahasiswa KKN untuk pemetaan masalah untuk pengelolaan sumber daya laut dan pesisir di perairan Kabupaten Batang melalui program CSR BPI” lanjut Dr. Munasik. Beliau juga menambahkan bahwa pada saat penenggelaman rumah ikan juga akan dilakukan setelah mendapatkan masukan atau saran dari para nelayan. “Kami tidak serta merta menenggelamkan rumah ikan, tanpa koordinasi dengan para nelayan, karena ini untuk kepentingan para nelayan dalam pencarian ikan. Mereka juga harus tahu manfaat rumah ikan, cara merawat dan menjaga, serta lokasi penempatan rumah ikan yang sesuai dengan alokasi ruang RZWP3K Provinsi Jawa Tengah”, tegas Munasik.
Sementara salah satu tokoh nelayan Kabupaten Batang, H. Karbukti, yang ikut dalam sosialisasi program Matching Fund 2022 di Balai desa Klidang Lor menyampaikan bahwa program pemanfaatan limbah FABA batubara dari PLTU Batang untuk pembuatan rumah ikan atau terumbu karang ini benar-benar bermanfaat bagi para nelayan. H. Karbukti menyampaikan bahwa setiap titik penenggelaman rumah ikan, harus diberi tanda sehingga para nelayan mengetahui keberadaan rumah ikan tersebut.
Bhayu Pamungkas, Senior Manager CSR BPI, juga menyampaikan bahwa BPI telah bermitra dengan berbagai pihak dalam rangka melestarikan wilayah pesisir di Kabupaten Batang. Dan di tahun ini BPI bermitra dengan Universitas Diponegoro dalam program yang didanai oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud komitmen perusahaan dalam meningkatkan perekonomian para nelayan di sekitar PLTU Batang dan tetap menjaga komitmen terhadap lingkungan. Harapannya, produksi perikanan meningkat dan sinergi antara kelompok masyarakat dengan BPI serta dukungan pemerintah dapat melahirkan kegiatan pemberdayaan masyarakat lokal yang berkelanjutan.